PERENCANAAN DAN MANAJEMEN STRATEGI RITEL
2.1.1 Pengertian Retail
Retail adalah penjualan dari sejumlah kecil komoditas kepada konsumen.
Retail berasal dari bahasa Perancis yaitu " Retailer" yang berarti " Memotong menjadi kecil kecil" (Risch, 1991 ).
Retail berasal dari bahasa Perancis yaitu " Retailer" yang berarti " Memotong menjadi kecil kecil" (Risch, 1991 ).
Pengertian Retailing adalah semua aktivitas yang mengikut sertakan
pemasaran barang dan jasa secara langsung kepada pelanggan
Pengertian Retailer adalah semua organisasi bisnis yang memperoleh
lebuh dari setengah hasil penjualannya dari retailing ( lucas, bush dan
Gresham, 1994)
2.1.2 Klasifikasi Retail
Menurut Pintel dan Diamond (1971), Retail dapat di klasifikasikan dalam
banyak cara, sebagai contoh Retail dapat di kelompokkan sesuai dengan aktivitas
penjualan barang berdasarkan sbb :
- Retail Kecil
Bisnis Retail kecil di gambarkan sebagai retailer yang berpenghasilan di
bawah $500 pertahun. Pemilik retail pada umumnya bertanggung jawab penuh terhadap
seluruh penjualan dan manajemen.Biasanya kebanyakan pemilik toko pada bisnis
retail kecil ini dimiliki oleh secara individu (Individual
Proprietorship) .
- Retail Besar
Pada saat ini industri Retail di kuasai oleh organisasi besar, organisasi
tersebut meliputi : Departemen Store - Chain organization (organisasi
berantai), Supermarket, Catalog Store, Warehouse, Outlet dan Online Store (Toko
Online )
Departemen Store merupakan salah satu dari retailer besar dimana menawarkan
berbagai macam jenis produk / barang, tingkat harga dan kenyamanan dalam
berbelanja.
2.1.3 Proses Perencanaan &
Manajemen Ritel
· Pemahaman
tentang Saluran Pemasaran
Membicarakan
strategi pemasaran, memang tidak akan pernah ada habisnya. Berbagai cara dan
usaha bisa dijadikan sebagai strategi untuk memasarkan sebuah produk. Salah
satu strategi yang sudah dijalankan masyarakat dari dulu hingga sekarang adalah
pemasaran dengan sistem retail atau eceran. Yang dimaksud dengan strategi
pemasaran retail atau eceran sendiri adalah segala kegiatan jual-beli yang
bertujuan menyalurkan barang kepada konsumen akhir, guna memenuhi kebutuhan
pribadi para konsumen.
Sebagian besar pelaku usaha memilih untuk menggunakan
strategi pemasaran ini, sebab peluang pasar yang paling potensial datang dari
konsumen akhir, yang rata-rata membeli suatu produk untuk keperluan mereka
sehari-hari. Tak heran bila saat ini perkembangan bisnis retail juga sangat
pesat, lihat saja bisnis toko kelontong, minimarket, hingga bisnis retail yang
sudah besar seperti Alfamart.
Tingginya permintaan pasar akan produk retail, membuat
sebagian besar pelaku usaha memilih strategi pemasaran tersebut untuk melepas
produk mereka ke pasaran. Meskipun cara ini terbilang mudah, namun persaingan
pasar bisnis retail sudah sangat tinggi. Maka dari itu bagi Anda yang ingin
terjun dalam bisnis retail, sebaiknya perhatikan hal-hal berikut untuk
memenangkan pasar :
Pertama, tentukan target pasar. Meskipun
bisnis retail biasa menawarkan berbagai produk kebutuhan masyarakat, namun sebisa
mungkin tentukan target konsumen yang ingin Anda jangkau. Misalnya saja lebih
menekankan harga murah untuk menjangkau konsumen menengah kebawah, atau
menyediakan produk dengan kualitas terbaik untuk menjangkau sasaran pasar
menengah keatas.
Kedua, ciptakan loyalitas pelanggan. Memiliki
konsumen yang loyal, merupakan strategi tepat untuk meningkatkan pemasaran.
Bukan hanya itu saja, dengan adanya loyalitas konsumen juga membantu bisnis
retail untuk menghadapi persaingan pasar. Ciptakan program-program promosi yang
dapat meningkatkan loyalitas konsumen, contohnya saja dengan memberikan kartu
diskon bagi para member, atau mengadakan event promosi setiap
akhir pekan.
Ketiga,pilih lokasi usaha yang strategis. Pemilihan
lokasi usaha sangat mempengaruhi tingkat penjualan pada bisnis retail.
Sesuaikan lokasi usaha dengan bisnis retail yang ingin dijalankan, sebab lokasi
usaha juga ikut menentukan potensi pasar. Seperti lokasi yang ada di tengah
pemukiman warga, Anda bisa membuka toko kelontong. Sedangkan untuk lokasi usaha
yang ada di daerah perkotaan, Anda bisa mencoba bisnis retail dengan minimarket
atau supermarket.
Keempat, cantumkan brand pada setiap produk. Penanaman
image kepada para konsumen, menjadi cara jitu untuk memasarkan bisnis retail.
Yang perlu diingat adalah brand bukan hanya sekedar nama, jadi cantumkan brand
yang telah ditetapkan di setiap produk. Seperti mencantumkan logo disetiap
label harga produk, atau mencantumkan logo pada interior ruangan. Sehingga
brand tersebut menjadi pembeda bisnis retail Anda dengan bisnis para pesaing.
Kelima, berikan pelayanan prima kepada konsumen. Jangan
abaikan istilah pembeli adalah raja. Istilah ini memberikan masukan kepada para
pelaku usaha untuk selalu memberikan pelayanan terbaik bagi para konsumen. Biasakan
layani konsumen dengan TSS (Tatap, Senyum dan Sapa). Lakukan dari hal yang
terkecil, seperti menyambut konsumen dengan salam dan mengucapkan terimakasih
setelah mereka selesai berbelanja. Jadi konsumen merasa dihargai ketika
berbelanja di tempat Anda, dan tidak segan untuk datang berbelanja kembali.
Karena strategi pemasaran bisnis retail lebih
mengacu pada konsumen akhir sebagai potensi pasar, sebaiknya lakukan pemasaran
bisnis dengan pendekatan langsung kepada konsumen. Yakinlah bila loyalitas
konsumen telah terbentuk, maka yang menjadi agen pemasaran paling efektif bagi
bisnis Anda adalah para konsumen tersebut. Oleh karena itu, penuhi kebutuhan
konsumen dan biarkan mereka menjadi agen pemasaran Anda. Salam sukses
· Pemahaman
tentang Perilaku Konsumen
Dalam pengertian bisnis ritel ini, barang yang dijual
disalurkan langsung kepada konsumen. Konsumen yang dimaksud dalam pengertian
ini adalah diri pribadi, keluarga, maupun rumah tangga. Proses yang terjadi
dalam bisnis ritel ini mencakup berbagai kegiatan sehingga transaksi antara
pedagang dan pembeli terjadi. Dalam hal ini, terdapat unsur yang mesti ada
dalam kegiatan bisnis ritel, yaitu meliputi product (barang atau jasa), price
(harga), place (tempat atau lokasi penjualan), dan promotion atau promosi. Hal
ini tentu saja berbeda dengan bisnis grosir dimana pengusaha membeli barang
dalam jumlah besar, dan menyalurkannya lagi kepada peritel. Bisnis grosir
biasanya dijalankan oleh pengecer karena kemampuan modalnya yang cukup besar.
Selain itu, juga terdapat mata rantai yang cukup panjang pada penyaluran barang
dalam bisnis ritel dan melibatkan banyak pihak didalamnya, seperti distributor
dan agen. Dalam mata rantai ini, pedagang perantara atau agen berperan dan
mengambil peran atau tugas distributor untuk menyalurkan barang dari produsen.
Selanjutnya agen menyalurkannya kepada pengecer atau peritel yang menjalankan
bisnis ritel agar menjualnya lagi kepada konsumen akhir. Namun dalam
prakteknya, mata rantai bisnis tak selalu berjalan seperti itu. Pedagang
grosir, ada yang kemudian merangkap dengan membuka bisnis ritel dengan menjual
barang atau produk langsung kepada konsumen. Hal ini bisa terjadi karena adanya
peluang ataupun keuntungan bisnis yang terbuka. Meskipun bisnis ritel
menyediakan berbagai peluang yang cukup menggiurkan, namun bisnis ini tak bisa
dijalankan hanya dengan memahami pengertian bisnis ritel. Kemampuan lain yang
harus dikuasai adalah manajemen usaha yang kuat, masalah layanan, dan kepekaan
bisnis. Apalagi perilaku konsumen dalam bisns ritel tidak mudah ditebak, bahkan
sering berubah. Hanya karena perbedaan harga yang sedikit atau kecewa dengan
tukang parkir, konsumen bisa dengan mudah berpindah ke toko lain.
· Pemahaman
tentang perilaku Pesaing
Bisnis ritel merupakan salah satu usaha yang memiliki
prospek cukup baik. Terutama jika mengamati jumlah populasi penduduk Indonesia
pada tahun 2010 yang diperkirakan mencapai kurang lebih 220 juta jiwa. Alhasil,
rasio keberadaan ritel khusunya ritel modern apabila diabdingkan dengan total
penduduk Indonesia masih menunjukkan kesenjangan yang cukup besar (satu ritel
masih harus melayani 500.000 jiwa).
Keberadaan ritel-ritel tradisional memang masih cukup
diperlukan dalam konteks melayani segmen ekonomi bawah. Namun kemajuan teknologi
dan tuntutan kebutuhan konsumen yang terus meningkat menjadi pendorong adanya
perubahan orientasi bisnis bisnis ritel.Jika pada awalnya
banyak bisnis ritel yang cukup dikelola secara tradisional, tanpa dukungan
teknologi yang memadai, tanpa pendekatan manajemen modern dan tanpa berfokus
pada kenyamanan dan keinginan untuk memenuhi kebutuhan pelanggan.
Pergeseran pola perilaku belanja pelangan yang
terdeteksi dari sejumlah studi yang dilakukan menunjukkan bahwa aktivitas
belanja pelanggan tidak hany dalam upaya untuk memenuhi kebutuhan akan
barang-barang keperluan hidup, namun lebih mengarah pada terpenuhinya kebutuhan
untuk berekreasi dan berelasi. Kondisi inilah yang mendorong bisnis ritel
tardisional mulai harus peka menaggapi kebutuhan pelanggan yang belum terpemuhi
jika mereka ingin tetap bertahan hidup dalam lingkungan persaingan bisnis ritel
yang semakin tajam.
Bekal pemahaman terhadap konsep-konsep pengelolaan
ritel modern sangat penting untuk dipahami, mengingat kegagalan dalam
pengelolaan akan menumbulkan resiko kerugian yang cukup besar. Sedangkan jika
seorang pelaku bisnis ritel tetap bertahan dengan pengelolaan ritel secara
tradisional tidak memungkinkan untuk memiliki keunggulan kompetitif yang
berkelanjutan bila dihadapkan dengan semakin banyaknya ritel-ritel modern yang
dikelola dengan modal yang cukup besar maupun terjadinya perubahan pola belanja
konsumen yang mempunyai konsekuansi terhadap berubahnya kebutuhan mereka
terhadap keberadaan sebuah ritel seperti yang telah dijelaskan di atas.
Pengelolaan ritel modern skala besar dan kecil
membutuhkan kesiapan pengelola dalam arti Sumber Daya Manusia (SDM) yang
memiliki pengetahuan, ketrampilan (baik soft maupun hard skill) dalam hal
manajerial ritel modern dan sekaligus kepekaan dalam melihat peluang agar dapat
memiliki kompetensi untuk bertahan dalam bisnis ritel (continous competitive
advantage).
Untuk itu, dipandang penting untuk mengembangkan
pengetahuan dan ketrampilan di bidang manajemen ritel yang akan menambah
kesiapan pengelola ritel tradisional maupun ritel modern pada umumnya dalam
mengimplementasikan semua pengetahuan dan konsep manajemen ritel modern secara
terintegrasi khususnya bagi kesiapan dalam mengelola bisnis ritel modern slaka
kecil dan menengah secara mandiri maupun apabila terjun sebagai bagian dari
manajemen suatu perusahaan ritel skala menengah dan besar.
Sasaran
1.
Para pengusaha kecil dan menengah yang berkeinginan
terjun dalam bisnis ritel sebagai:
1.
Pemula dalam bisnis ritel modern skala kecil dan
menengah secara mandiri
2.
Tenaga yang akan bergabung dala operasional perusahaan
ritel modern skala kecil dan menengah
3.
Pelaku bisnis ritel tardisional kecil dan menengah
yang berkeinginan untuk mengembangkan diri
4.
Tenaga yang akan bergabung dalam manajerial perusahaan
ritel modern skala kecil dan menengah pada tingkatan supervisor/penyelia
2.
Para pengusaha ritel tradisional kecik dan menengah
yang menjadi binaan suatu lembaga/institusi/organisasi lembaga swadaya
masyarakat
Bidang Kompetensi
Pelatihan, penelitian dan konsultasi dalam bidang Manajemen
Ritel, meliputi:
1.
Perencanaan Bisnis Ritel (Retail Business Plan)
2.
Audit Ritel Manajemen
3.
Perencanaan dan Penyusunan Strategi Pemasaran Ritel
4.
Pengelolaan Barang Dagangan (Merchandise Management)
5.
Pengelolaan Operasional Toko (Store Operation)
6.
Kiat Sukses Mengeloal Ritel Modern Skala Menengah dan
Kecil (memulai dan mampu bertahan dalam era kompetisi)
7.
Pergeseran Paradigma Pengelolaan Ritel Tradisional
menuju Paradigma Ritel Modern
8.
Analisis Perilaku Belanja Konsumen
9.
Retail Mix (Bauran Ritel)
10.
Pengelolaan Loss Prevention
11.
Studi Kelayakan Bisnis Ritel
· Pemahaman
tentang Lingkungan Sosial,ekonomi, dan Teknologi
Lingkungan eksternal adalah semua elemen di luar
organisasi yang relevan untuk operasi. Unsur-unsur di luar organisasi sulit
dikendalikan namun berpengaruh terhadap organisasi. Organisasi tidak dapat
berdiri sendiri atau memenuhi kebutuhannya sendiri. Organisasi mengambil input
seperti bahan baku , uang, tenaga kerja dan energi dari lingkungan eksternal
yang mengubahnya menjadi produk atau jasa sebagai output. Lingkungan eksternal
dibagi menjadi dua yaitu lingkungan khusus dan lingkungan umum.
· Pemahaman
tentang lingkungan secara umum
Elemen-elemen lingkungan
umum meliputi sosial budaya, hukum, ekonomi, politik, dan teknologi. Variabel
sosial antara lain demografik, gaya hidup dan nilai-nilai sosial. Variabel
sosial budaya berkaitan dengan etika, benar-salah, dan tugas-wajib.
Perkembangan penduduk, angkatan kerja, struktur kerja partisipasi kerja dan
pendidikan mempengaruhi nilai-nilai sosial budaya.
Demografik atau keadaan
penduduk pada suatu wilayah seperti bertambahnya usia angkatan kerja. Hal ini
membawa perubahan bagi organisasi karena mempengaruhi besarnya pasokan tenaga
kerja. Demografik juga membentuk pasar untuk beraneka produk yang disebabkan
oleh baby boomers atau ledakan bayi.
Gaya hidup juga membawa
pengaruh terhadap organisasi. Sebagai contoh meningkatnya pola hidup konsumtif
masyarakat perkotaan mendorong mereka untuk membeli barang-barang yang bermerk
dan selalu up to date. Hal ini mendorong organisasi untuk lebih
menghasilkan produk mutu dan kualitas produknya.
Faktor nilai-nilai
sosial antara satu negara dengan negara lainnya berbeda. Misalnya di negara
Jepang banyak orang bekerja pada suatu perusahaan untuk seumur hidupnya. Ini
berbeda dengan sebagian besar negara-negara lain dimana masyarakatnya sering
berpindah-pindah pekerjaan dalam jangka pendek. Struktur organisasi di Perancis
lebih kaku daripada organisasi di Jepang atau Amerika. Di Jerman hak pekerja
dan serikat pekerja dijamin oleh Undang-Undang dan karyawannya disebut sebagai
mitra sosial, dan memiliki upah lebih besar daripada di Amerika Serikat.
Secara umum kondisi
ekonomi turut menentukan keberhasilan organisasi. Variabel ekonomi yaitu,
kondisi ekonomi pada umumnya yang mempengaruhi aktivitas sebuah organisasi.
Variabel ekonomi seperti upah, harga yang ditetapkan oleh pemasok dan pesaing
serta kebijakan fiskal pemerintah mempengaruhi biaya produksi barang atau
penawaran jasa dan kondisi pasar. Indikator ekonomi mengukur pendapatan,
tabungan, investasi, harga, upah, produktivitas, lapangan kerja, aktivitas
pemerintah serta transaksi internasional.
Variabel politik yaitu
berbagai faktor yang mungkin mempengaruhi aktivitas suatu organisasi sebagai
hasil dari proses atau iklim politik. Proses politik mencakup persaingan antar
kelompok dengan kepentingan yang berbeda, yang masing-masing mencari peluang
untuk mencapai sasarannya sendiri. Seiring dengan tuntutan masyarakat terhadap
praktik bisnis yang tidak benar, pemerintah hendaknya menjadi kekuatan politik
yang mewakili masyarakat melalui deregulasi, debirokratisasi, dan
dekonsentrasi.
Variabel teknologi
meliputi perkembangan baru dalam produk atau proses serta pengetahuan seperti
fisika yang mempengaruhi aktivitas organisasi. Teknologi dapat mengubah segala
sesuatu secara cepat dan adakalanya masyarakat tidak siap atau belum siap akan
perubahan teknologi. Inovasi dalam bidang komputerisasi, robot, bioteknologi
dan sumber daya alam lainnya mempengaruhi produktivitas masyarakat.
Dari penjelasan di atas jelas
bahwa lingkungan organisasi tidak statis. Manajemen organisasi bertanggung
jawab untuk mengidentifikasi kesempatan agar berkembang. Lingkungan luar
organisasi dapat menentukan keberhasilan organisasi/lembaga/badan usaha.
Untuk mengidentifikasi
perubahan lingkungan di luar organisasi, manajer perlu memonitor lingkungan
umum. Sebagai contoh, manajer perlu mengurangi produksi barang mewah bila
melihat adanya kecenderungan penurunan pengeluaran secara umum dari
konsumennya.
Organisasi mendapatkan
informasi tentang keadaan lingkungan umum dari berbagai sumber, seperti dari
hubungan informal dalam industri, manajer organisasi lain, data dari dalam
organisasi, laporan dan statistik pemerintah, jurnal atau majalah ekonomi,
serta data-data dari internet.
0 komentar:
Posting Komentar