Tahun 2015 sudah kita jalani setengahnya. Banyak peristiwa
terjadi. Banyak kondisi—baik disuka atau membuat nestapa—datang silih
berganti. Gejolak politik, bencana, hingga kerusuhan masih menjadi
beberapa berita dari negeri kita tercinta. Ada yang merasa sulit, ada
yang merasa mudah. Ada yang senang—dan sebaliknya—ada pula yang sedih.
Semua itu adalah bagian dari “dinamika kehidupan” yang acap tak bisa
kita tebak ke mana arahnya.
Pesan saya, apa pun yang sudah berlalu, jangan menyesal. Apa yang belum
datang, jangan dikhawatirkan. Tugas kita sejatinya adalah dengan
memaksimalkan apa yang bisa kita lakukan saat ini. Apa yang sudah ada
pada kita, itulah yang jadi bekal kita untuk menjadikan esok lebih baik.
Apa yang ada di tangan kita itulah hal yang patut kita syukuri dengan
memanfaatkannya secara maksimal untuk mewujudkan berbagai pencapaian
lain.
Memang, apa yang akan terjadi pada esok hari tak pasti. Begitu juga apa
yang akan terjadi di bulan-bulan berikutnya. Karena itu, apa yang bisa
kita jalani hari ini, sudah jadi tugas kita untuk dimaksimalkan.
Termasuk, jika saat ini penuh dengan tantangan dan cobaan. Ingat, di
setiap kesulitan atau kondisi yang memberatkan, selalu saja muncul
“nilai keseimbangan baru” bagi mereka yang berjuang dan berupaya. Apakah
kemudian berhasil melakukan berbagai penghematan, bisa mendapatkan
penghasilan tambahan, atau bahkan menciptakan peluang yang tadinya belum
terpikir jika tak ada keadaan yang memaksa.
Menyikapi berbagai kondisi yang terjadi, saya ingin pula membahas
sebuah ungkapan bahasa Jawa yang sederhana, namun memiliki pengertian
sangat dalam untuk menyikapi apa pun kondisi yang terjadi. Ungkapan
tersebut adalah ora obah ora mamah, atau arti harfiahnya “kalau tidak bergerak, tidak akan makan”. Artinya, jika
kita tidak mau berusaha, berjuang, berupaya, bekerja, maka jangan harap
untuk bisa makan, bisa mendapat hasil, bisa memperoleh keberuntungan.
Zaman dulu, kalau melihat mama yang sedang membuat adonan kue di pagi
yang masih gelap gulita, saya kerap kasihan. Saya katakan kepada beliau,
untuk istirahat sejenak. Tapi, beliau selalu katakan, kalau tidak
bekerja sepagi itu, bisa-bisa kita tidak makan. Secara kasat mata,
ingatan itu kemudian menancap kuat di memori saya. Sehingga, itu menjadi
sebuah pengertian, kalau kita tidak mau bekerja keras, jangan harap
bisa makan. Kalau kita hanya maunya santai-santai saja, jangan bermimpi
jadi sukses luar biasa. Hal itulah yang terus mendorong saya untuk tetap
berjuang, bekerja maksimal, bahkan saat tubuh dan pikiran sudah
kelelahan. Kadang, saya harus memaksa diri sendiri jika mengingat
kejadian itu. Hasilnya, apa yang saya canangkan pun—meski kerap
menghadapi batu sandungan—bisa jadi kenyataan.
“Andrie, kamu pasti bisa. Dengan kerja lebih keras, tinggal tunggu
waktu saja, pasti keadaan akan lebih baik,” begitu suara batin yang
terus mengingatkan jika saya mulai kendor berkarya.
Ibarat ungkapan dalam sebuah lagu, what doesn’t kill you, makes you stronger,
maka ujian dan cobaan—termasuk berbagai keadaan yang dianggap sebagai
ketidakpastian yang memberatkan—sebenarnya adalah sarana untuk
menjadikan kita lebih kuat dan lebih baik.
Mari, biasakan obah, agar kita bisa selalu mamah.
Salam sukses, luar biasa!!!
http://pasarrak.com/rak-sepatu
http://jualrakgudang.net/rak-obral-box-wagon/
http://jualraktoko.com/rak-sepatu
0 komentar:
Posting Komentar