Oleh Andrie Wongso
Setiap
makhluk yang hadir di dunia, pasti diciptakan dengan manfaat. Sebab,
Sang Pencipta telah menurunkan kebaikan dan keberkahan di setiap yang
diciptakan-Nya. Bahkan, bagi mereka yang kurang menyadari dan sibuk
mengutuki diri sendiri karena merasa tak punya apa-apa dan tak bisa
apa-apa, sebenarnya ia pasti punya bakat dan kelebihan. Syaratnya semua
sama. Bakat dan kelebihan itu hanya akan muncul jika digali,
dikembangkan, dipupuk, disirami, dan dimaksimalkan dengan perjuangan
habis-habisan.
Dalam berbagai kisah dan legenda, dari Tiongkok
sampai Tanah Jawa, ada banyak pendekar sakti yang memiliki linuwih alias
kelebihan berupa kekuatan, baik berupa kemampuan beladiri yang ampuh,
tenaga dalam yang luar biasa, hingga kemampuan memesona orang dengan
berbagai daya. Orang-orang zaman dahulu, bahkan dikenal punya kekuatan
lebih yang bisa digunakan untuk membasmi musuh.
Namun, di balik
semua itu, entah berupa legenda atau kisah nyata, semua kelebihan pasti
didapat dengan perjuangan. Mulai dari bertapa, bahkan ada yang pati geni
alias tak makan dan minum selama 40 hari 40 malam, hingga melakukan
berbagai ritual yang pasti juga perlu proses yang tak kalah beratnya.
Tak jarang, di tengah proses mendapatkan daya linuwih itu, mereka
“digoda” dengan berbagai hal. Sehingga, banyak pula yang kemudian
berguguran di tengah jalan. Tetapi, bagi mereka yang berhasil
mengalahkan berbagai ujian dan tantangan tersebut, “bonus” berupa
ilmu/kelebihan akan mereka dapatkan. Ada yang bisa terbang, menghilang,
bahkan “pergi” ke berbagai dimensi yang membuat mereka bisa mendapatkan
apa yang diinginkan.
Sejalan dengan kisah-kisah itu, sebenarnya
ada satu poin penting yang bisa kita petik. Yakni, semua yang ingin
mendapatkan linuwih, pastilah mengalami proses ujian dan cobaan. Ada
proses yang harus dilalui dengan perjuangan yang sangat hebat. Bila
seorang Malcolm Gladwell dalam bukunya menyebut “hukum” 10 ribu jam
untuk menjadi seorang ahli di bidangnya, maka barangkali, untuk
memunculkan linuwih ini, mereka mungkin tak sekadar melewati proses
belajar 10 ribu jam, tapi juga mengalami “siksa dan derita” yang lebih
dari itu.
Ingat kisah kegagalan 10 ribu kali sebelum penemuan
lampu pijar Thomas Alva Edison, ribuan kali penolakan resep ayam Kolonel
Sanders sebelum ia berjaya dengan Kentucky Fried Chicken, kegagalan
berulang kali dalam dunia politik yang dialami Abraham Lincoln sebelum
jadi Presiden Amerika Serikat, sembilan ribu lebih kegagalan seorang
Michael Jordan dalam mengeksekusi lemparan saat bermain basket,
“siksaan” Steve Jobs yang sempat diusir dari perusahaan Apple yang
didirikannya sendiri hingga kini kembali melambungkan nama Apple di
dunia, hingga legenda musik The Beatles yang ditolak berkali-kali contoh
rekaman musiknya saat ditawarkan ke perusahaan rekaman. Semua itu
adalah contoh betapa bakat dan kelebihan yang dimiliki para legenda
tersebut didapat bukan dengan membalik telapak tangan. Namun, mereka
harus jatuh bangun, merangkak, jatuh lagi, bangkit lagi, tertatih,
terhuyung, namun terus melaju dan menjemput impian masing-masing.
Hingga, akhirnya mereka berhasil keluar dari “kawah candradimuka” yang
membuat mereka melegenda.
Saya jadi teringat tokoh yang saya
kagumi, Bruce Lee. Dalam buku yang saya tulis, Bruce Lee: 40 Spirit of
Success, saya mendapati daya linuwih seorang Bruce Lee hingga mampu
menjadi legenda hingga kini, terletak pada keuletan dan ketangguhannya
berjuang mewujudkan impian. Mulai dari keinginan membentuk tubuh, ia
melahap ratusan buku tentang fitness dan kebugaran. Hebatnya, ia
mempraktikkan semua teori yang didapat dengan latihan superkeras dan
disiplin memakan asupan gizi, sehingga ia berhasil menjadikan tubuhnya
nyaris sempurna. Kemudian, saat ia menjejakkan tekad untuk menjadi
bintang film aksi—asli dari Asia—yang termahal di dunia, ia pun jatuh
bangun berusaha mati-matian mewujudkan impian tersebut. Dari kasting
film serial televisi, hingga akhirnya ia benar-benar membintangi
film-film kungfu yang box office di zamannya, semua melalui proses yang
memakan waktu bertahun-tahun lamanya.
Kelebihan memang tak akan
muncul tanpa diasah, dilatih, dikembangkan, dan diperjuangkan. Bahkan,
jika orang tersebut terlahir dengan bakat secemerlang apa pun itu. Tanpa
ia melatih dan mengasahnya, bakat itu akan terpendam sia-sia.
Sebaliknya, layaknya air yang terus menetes dan menembus batu, kerasnya
latihan seseorang akan menghasilkan kekuatan yang tiada tara. Maka, tak
heran jika Bruce Lee menyebut, “Saya tidak takut pada orang yang latihan
10 ribu macam tendangan. Tapi, saya justru takut pada orang yang
melatih satu tendangan 10 ribu kali.”
Mari, temukan dan gali
kelebihan kita. Dan, fokuskan untuk melatih dan mengasahnya. Niscaya,
daya linuwih yang akan bermanfaat bagi kehidupan, akan kita terima.
Salam sukses luar biasa!
http://jualrak.asia/jual-rak-wire-mesh
http://jayarakminimarket.com/rak-obral-box-wagon/
http://jualraktoko.com/jual-rak-toko
0 komentar:
Posting Komentar