Senin kemarin, saya tidak berniat untuk puasa sunah karena jadwal
saya yang sangat padat. Saya memerlukan banyak minum air putih saat
memberikan training. Khawatir tenggorokan kering karena puasa maka saya
putuskan untuk tidak berpuasa. Saat istri dan anak sahur saya tidak ikut
serta, saya menyibukkan diri dengan bersujud dan berdoa.
Namun, beberapa menit sebelum Subuh saya merenung. “Anak saya Fikar,
baru kelas 5, ia berpuasa sunah padahal ia juga harus tetap sekolah.
Masak saya tak kuat berpuasa hanya dengan alasan memberikan training dan
sibuk kerja. Sungguh alasan yang dibuat-buat. Malu ah sama Fikar.”
Akhirnya saya putuskan berpuasa walau tidak sahur kecuali hanya minum
air putih. Apakah kemudian saya bermasalah saat memberikan training?
Ternyata tidak.
Ketakutan terkadang kita ciptakan sendiri padahal faktanya itu tidak
terjadi. Ketakutan terkadang kita hadirkan untuk membuat alasan dan
menutupi rasa malas kita. Maka, hadirkan rasa malu agar kita tak terlalu
banyak menciptakan banyak ketakutan.
Menghadirkan rasa malu itu penting terutama bagi orang seperti saya
yang imannya masih lemah. Awalnya karena malu setelah itu luruskan niat
agar tetap bernilai ibadah. Teman saya belajar menghafal banyak doa
awalnya karena malu, setiap ditanya anakknya ia tak bisa menjawab.
Menghadirkan rasa malu membuat ia sekarang hafal banyak doa dan hafal
surat-surat pendek sehingga siap menjadi imam sholat.
Hadirkan rasa malu bila kita bekerja di sebuah perusahaan namun tak
banyak prestasi yang bisa kita torehkan. Malulah bila hanya makan gaji
buta. Malulah bila hanya bisa menuntut kepada perusahaan padahal
prestasinya pas-pasan. Malulah bila datang sering terlambat sementara
bila pulang selalu tepat.
Malulah bila banyak berjanji tapi tak ditepati. Termasuk malulah bila
Anda promosi dengan melebih-lebihkan apa yang bisa didapat oleh
pembeli/peserta. Malulah bila apa yang Anda janjikan tidak menjadi
kenyataan. Malulah bila kita punya karyawan namun kita jarang
memperhatikan dan mengembangkannya.
Malulah menjadi laki-laki bila sudah menyusun skripsi tetapi uang
masih meminta kepada orang tua. Seharusnya juga malu besar bila kuliah
S-2 tetapi uang masih meminta-meminta kepada orang tua. Kapan dirimu
mandiri?
Hadirkan rasa malu karena belum mampu membahagiakan orang tua.
Sungguh, mengabdi kepada orang tua bukan sekadar cium tangan dan
mendoakannya. Harus ada langkah nyata yang mengeluarkan energi, tenaga,
dana dan waktu untuk membahagikan mereka. Sudahkah? Malulah bila belum!
Hadirkan rasa malu dalam setiap aktivitas kita. Malu belum banyak
memberi. Malu belum banyak berbuat. Malu belum banyak beramal. Malu
karena kemampuan dan keahlian tak jua berkembang. Malu selalu meminta
gratisan. Malu karena sudah semakin tua namun belum banyak “jejak” yang
kita tinggalkan di semesta. Milikilah rasa malu agar kita tidak menjadi
manusia yang memalukan. Setuju?
Salam SuksesMulia!
0 komentar:
Posting Komentar