Selasa pekan ini saya berkesempatan memberikan seminar di Pertamina, Cilacap, Jawa Tengah. Usai memberikan seminar, saya mampir ke rumah mas Widayanto alumni Akademi Trainer yang sekarang menjadi trainer di Cilacap. Hidangan “budin” (singkong) goreng dan tempe mendoan hangat menambah nikmatnya pertemuan saat itu.
Dari Cilacap saya meluncur ke Delanggu, Klaten, menengok dan berbagi ilmu dengan para calon wirausaha di Pesantren Wirausaha Angkatan XI. Pesantren saya ini sudah berdiri sejak tahun 2000. Selain berbagi ilmu, saya juga mendaulat mas Kusnadi, pemilik Ayam Geprek untuk menggelontorkan ilmunya kepada 29 santri yang sedang tekun menyiapkan diri menjadi pengusaha.
Usai mendengarkan presentasi bisnis dan berbagi ilmu di pesantren saya melanjutkan perjalanan ke Jogjakarta. Saya diundang mas Wied pemilik rumah makan Sop Janda (Jawa Sunda). Di rumah makannya tersedia berbagai menu yang menggoda: Sop Janda Kembang (tak pakai cabai), Sop Janda Muda (cabenya 7) dan Sop Janda Ngamuk (cabenya 25).
Sembari menikmati Sop Janda Muda, saya menyimak berbagai cerita dari mas Wied. Orang yang sederhana dan penampakkannya lebih mirip ustadz ini ternyata pemilik banyak bisnis. Ada bisnis jual beli mobil, bisnis kuliner, menjual burung kenari yang didatangkan dari Italia, kos-kosan dan bisnis lainnya. Sederhana penampakkannya tetapi uangnya tak berseri alias berlimpah. Hihihihi…
Kemudian, sampailah saya pada acara puncak dari kunjungan ke Jawa Tengah yaitu menghadiri Sidji Batik Award di Hyatt Regency. Di acara tersebut hadir Amien Rais dan putranya Hanafi Rais, Bupati Sleman, Wakil Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dan kurang lebih 500 orang tetamu lainnya. Yang menarik perhatian saya, diantara para undangan hadir pula 10 nenek yang usianya lebih dari 70 tahun sebagai penerima Award pada malam itu.
Nenek-nenek ini profesi sebagai pembatik sejak usianya belasan tahun. Mereka sejatinya adalah para penjaga warisan budaya, namun sayang seribu sayang hidupnya terlunta-lunta. Penghasilan yang diperolehnya hanya berkisar tujuh ribu hingga 20 puluh ribu rupiah setiap harinya.
Malam itu mas Karman, sebagai pemilik Sidji Batik, memberikan berbagai penghargaan kepada para ibu sepuh tersebut. Bukan sekadar tropi, cincin emas dan uang tunai yang diberikan oleh mas Karman, ia pun membangunkan rumah bagi mereka. Sungguh sebuah penghargaan nyata bari para wanita pejaga warisan budaya yang selama ini hidupnya tak dijaga oleh para pelaku bisnis bahkan oleh pemerintah yang seharusnya mengayominya.
Saya dan banyak hadirin merinding dan meneteskan air mata menyaksikan penghargaan kepada mereka. “Mas Karman, kau hebat mas! Kau edan, mas! Saya bangga padamu…”
Usai menghadiri acara itu saya termenung dan tercenung di kamar hotel. Betapa banyak orang-orang hebat yang saya temui dan ada di negeri ini. Kiprahnya nyata, bisnisnya semakin menggurita, kepeduliannya jauh melebihi saya. Tak pantas jika saya sombong karena ternyata banyak orang-orang hebat yang tak “terlihat” oleh orang kebanyakan.
Terbukti, silaturahmi tak hanya memanjangkan umur dan memurahkan rezeki. Silaturahmi juga mengikis kesombongan yang terkadang melekat di dalam hati. Anda sombong? Mungkin itu karena Anda jarang bersilaturahmi dengan orang yang derajatnya lebih tinggi.
Salam SuksesMulia!
jamilazzaini.com/mengikis-kesombongan/
Tags :
#Artikel
11.01
No Comments
0 komentar:
Posting Komentar